Minggu, 29 April 2012

ISTINJA

Istinja adalah hal yang berhubungan dengan kotoran atau najis, sholat berkaitan erat dengan istinja karena jika istinja tidak benar, wudhunya tidak sah akhirnya sholatnya batal, begitukah?


Kalau demikian berarti istinja sangat penting untuk kita pahami karena kalau istinja salah maka semuanya ikut salah.
Ulama sufi mengatakan “bagi mereka yang tidak mengerti maka air satu lautanpun tidak akan mampu untuk membersihkan diri mereka dari najis“ ini mengambarkan seakan-akan istinja itu sulit, tapi “bagi yang mengerti air satu gelas saja sudah cukup untuk membersihkan“



Selama ini kebanyakan orang mengartikan istinja sebatas membersihkan kotoran fisik yang melekat pada dirinya, mereka mengira kalau sudah mereka bersihkan kotoran tersebut sehingga hilang rupa, warna dan rasanya maka mereka sudah suci padahal mereka lupa kalau yang mereka bersihkan itu tadinya adalah ampas dari apa yang mereka masukan kedalam tubuh mereka.
Disinilah letak masalahnya, bahwa selama ini mereka sibuk dengan istinja akhir (setelah menjadi ampas) tapi istinja awal (makanan yang mereka makan) tidak mereka perhatikan.



Istinja awal adalah ketika kita mensucikan apa–apa yang akan kita makan, mulai dari makanan (rezeki) yang kita cari, apakah sudah suci atau ada hak orang lain yang ikut pada makanan itu, karena apakah mungkin ketika makanan yang kita masukan kedalam diri berasal dari barang yang bukan hak kita atau barang haram kemudian bisa kita sucikan dengan hanya menghilangkan rupa, warna dan rasa saja?
Suatu saat..
Ketika kita sedang menghadapi makanan yang telah dihidangkan, tentunya kita tidak tahu asal muasal makanan itu hingga ada di piring kita seperti, apakah ayam yang kita makan itu di sembelih dengan benar, atau mungkin juga ayam itu mati sebelum disembelih (bangkai), atau lauk pauk lainnya yang ada di piring kita, apakah sudah benar cara mendapatkannya.


Disinilah kita harus mensucikan dulu semuanya sebelum masuk kedalam diri.
Bahwa makanan atau rezeki yang ada dihadapan kita memang kita yang cari tapi semua itu bukan kita yang punya, kita harus minta izin kepada yang punya, apa kita pikir barang yang bernyawa yang ada dihadapan kita itu iklas kita makan jasadnya? Ingatlah bahwa makanan itu semua nantinya yang akan menjaga dan memelihara diri kita, tubuh kita, jiwa kita, supaya sehat dan segar, karena nantinya makanan yang masuk itu akan diproses oleh tubuh kemudian saripati dari makanan tadi diserap oleh jantung untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh dan akan menjadi “ NUR ” yang masuk ke sel sperma kita, ke hati, ke jantung ke darah ke semua organ tubuh kita untuk membentuk karakter kita dan menerangi pikiran kita.


Bagaimana jadinya kalau yang masuk itu bukan hak kita, apa tidak pikirkan efeknya nanti untuk diri dan untuk turunan kita?
Tuhan tidak pernah mendholimi umatnya tapi kitalah yang telah mendholimi diri kita dengan diri kita.

Sisa dari saripati makanan tadilah yang akan menjadi kotoran atau disebut rumput turmain yang kemudian kita buang melalui dubur sebagai najis.
Najis ini bukan tempatnya di bumi walau sekarang bumi telah menerimanya, memang bumi kita ini bergelar mukmin yang sabar, jadi apapun yang kita berikan sekalipun kotor akan diolah untuk kemudian dipersembahkan kepada kita hasil yang baik-baik saja, tapi kita perlu ingat bahwa bumi mengharhagai kita karena kita adalah khalifah yang memerintah di muka bumi, tapi itu kalau amanah sebagai pemerintah (khalifah) bisa kita pertanggung jawabkan, karena pemerintah yang baik itu tidak “mentang-mentang”  tapi bisa mengenal siapa yang di perintahnya, apakah kita sudah mengenal siapa bumi ini? Atau minimal Bertegur sapa dengannya?


Ingatlah, Semua ada hitung-hitunganya, tidak ada yang gratis di muka bumi ini, sudah berapa banyak kotoran yang kita berikan kepada bumi ini semenjak pertama kali kita hadir di bumi? Apakah kita pikir bumi mau menerimanya begitu saja? Dimanakah harus kita tempatkan kotoran ini agar suatu saat kotoran ini tidak menutup jalan kita untuk kembali?

HAKEKAT SHOLAT

Berdiri menyaksikan diri sendiri, kita bersaksi dengan diri kita sendiri, bahwa tiada yang nyata pada diri kita hanya diri bathin (Allah) dan diri zahir kita (Muhammad) adalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah SWT.

Hal ini terkandung dalam surat Al-Fatehah yaitu : Alhamdu (Alif, Lam, Ha, Mim, Dal) Kalimat alhamdu ini diterima ketika rasulullah isra’ dan mi’raj dan mengambil pengertian akan hakekat manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. Yaitu : Adam AS. Tatkala Roh (diri bathin) Adam AS. Sampai ketahap dada, Adam AS pun bersin dan berkata alhamdulillah artinya : segala puji bagi Allah Apa yang di puji adalah : Zat (Allah) Sifat (Muhammad) Asma’ (Adam) Af’al (Manusia) Jadi sembahyang itu bukan sekali-kali berarti : Menyembah, tapi suatu istiadat penyaksian diri sendiri dan sesungguhnya tiada diri kita itu adalah diri Allah semata.Kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah SWT. Dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah semata serta.. tiada sesuatu yang kita punya : kecuali Hak Allah semata. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab 72 Inna ‘aradnal amanata ‘alas samawati wal ardi wal jibal fa abaina anyah milnaha wa’asfakna minha wahamalahal insanu. Artinya : “sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan menerimannya (memikulnya) karena merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya” Dan karena firman Allah inilah kita mengucap : “Asyahadualla Ilaaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah” Yang berarti : Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya Allah Semata dengan tubuh zahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya sampai dengan tanggal yang telah ditentukan. Manusia akan berguna disisi Allah jika ia dapat menjaga amanah Rahasia Allah dan berusaha mengenal dirinya sendiri.

 Karena bila manusia dapat mengenal dirinya, maka dengan itu pulalah ia dapat mengenal Allah. Hadits Qudsi : “MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU” Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Allah ALIF ITU ARTINYA : NIAT SEMBAHYANG LAM ITU ARTINYA : BERDIRI HA ITU ARTINYA : RUKU’ MIM ITU ARTINYA : SUJUD DAL ITU ARTINYA : DUDUK atau bisa juga kalau di kias lagi jadi Empat : Berdiri (alif=jalalullah), Rukuk (lam awal=jamalullah), Sujud (lam akhir=kaharullah), Duduk (haa=kamalullah), menjadi nasar api, angin, air dan tanah dlm diri kita Perkataan pertama dalam sembahyang itu adalah : Allahu Akbar (Allah Maha Besar) Perkata ini diambil dari peringatan ketika sempurnanya roh diri Rahasia Allah itu dimasukkan kedalam tubuh Adam AS. Adam AS. Pun berusaha berdiri sambil menyaksikan keindahan tubuhnya dan berkata : Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Dalam sembahyang harus memenuhi 3 syarat : 1. Fiqli (perbuatan) 2. Qauli (bacaan) 3. Qalbi (Hati atau roh atau qalbu)

 MENGAPA KITA SEMBAHYANG SEHARI SEMALAM 17 RAKAAT : Adalah mengambil pengertian sebagai berikut : Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah 1. AH itu menandakan sembahyang subuh…….”2”rakaat yaitu…Zat dan Sifat 2. ALLAH itu menandakan sembahyang Zohor “4” rakaat yaitu :Wujud,Alam,Nur dan Syahadat. 3. MUHAMMAD itu menandakan sembahyang Asar “4” rakaat yaitu : Tanah,Air,Api dan Angin. 4. ADAM itu menandakan sembahyang Magrib “3” rakaat yaitu :Ahda,Wahda,dan Wahdia. 5. HAWA itu menandakan sembahyang Isya “4” rakaat yaitu : Mani,Manikam,Madi dan DI.

MENGAPA KITA MENGUCAP DUA KALIMAH SYAHADAT 9 KALI DALAM 5 WAKTU SEMBAHYANG Sebab diri bathin manusia mempunyai 9 wajah. Dua kalimah syahadat pada : 1. Sembahyang SUBUH 1 kali itu memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIRUSIR (Rahasia didalam Rahasia) 2. Sembahyang ZOHOR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIR dan AHDAH 3. Sembahyang ASAR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat WAHDA dan WAHDIA 4. Sembahyang MAGHRIB 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat AHAD dan MUHAMMAD 5. Sembahyang ISYA 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat MUSTAFA dan MUHAMMAD.

 MENGAPA KITA HARUS BERNIAT DALAM SEMBAHYANG Karena : niat itu merupakan kepala sembahyang. Hakekat niat letaknya pada martabat alif dan ataupun kalbu manusia didalam sembahyang itu kita lapazkan didalam hati : Niat sbb : “aku hendak sembahyang menyaksikan diriku karena Allah semata-mata.” Dalilnya : 1. LA SHALATAN ILLA BI HUDURIL QALBI Artinya : Tidak Sah Shalat Nya Kalau Tidak Hadir Hatinya (Qalbunya) 2. LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH Artinya : Tidak Syah Sholat Tanpa Mengenal Allah 3. WAKALBUL MU’MININ BAITULLAH Artinya : Jiwa Orang Mu’min Itu Rumahnya Allah 4. WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ Artinya : Aku (Allah) Lebih Dekat Dari Urat Nadi Lehermu 5. IN NAMAS SHALATU TAMAS KUNU TAWADU’U Artinya : Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhannya Adalah Cinta. Cintailah Allah Yang Karena Allah Engkau Hidup Dan Kepada Allah Engkau Kembali. (H.R. Tarmizi) 6. AKI MIS SHALATA LI ZIKRI Artinya : Dirikan Shalat Untuk Mengingat Allah (QS. Taha : 145) Sedangkan :

 1. Al-Fatehah ialah merupakan tubuh sembahyang 2. Tahayat ialah merupakan hati sembahyang 3. Salam ialah merupakan kaki tangan sembahyan HAKEKAT AL-FATEHA DALAM SHALAT Membersihkan hati dari syirik kepada Allah SWT Mengingat kita bahwa tubuh manusia itu mempunyai 7 lapis susunan jasad yaitu : 1. Bulu 2. Kulit 3. Daging 4. Darah 5. Tulang 6. Lemak 7. Lendir 7 ayat dalam Al-Fatehah merupakan tawaf 7 kali keliling ka’bah. HAKEKAT ALLAHU AKBAR DALAM SHALAT IALAH : “Mengambil magna ucapan Nabi Adam AS. Ketika berdiri menyaksikan dirinya sendiri dan Nabi Adam AS. Mengucap kalimah Allahu Akbar. Peristiwa ini merupakan tajali (perpindahan) diri rahasia Allah sehingga dapat di tanggung oleh manusia dengan 4 perkara yaitu : 1. Wujud 2. Ilmu 3. Nur 4. Syahadat Perkataan Allah pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat zat sedangkan perkataan “Akbar” pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat : sifat. Jadi zat dan sifat itu tidak boleh berpisah, zat dan sifat sama-sama saling puji memuji.

 DALAM SHALAT ITU JUGA MENGANDUNG HAKEKAT ZAKAT. Hakekat zakat dalam shalat ialah : Mengandung makna “ Pembersih hati “ dari pada syirik kepada Allah SWT. “ iiya Kanak Budu Wa iiya Kanasta’in” Hanya kepada Allah lah aku menyembah dan hanya kepada Allah lah aku mohon pertolongan.

HAKEKAT PUASA DALAM SHALAT : 1. Tidak Boleh Makan Dan Minum 2. Mata Berpuasa 3. Telinga Berpuasa 4. Kulit Berpuasa 5. Hati Berpuasa

 HAKEKAT WHUDU ADALAH : Ialah membersihkan diri sebelum menunaikan shalat : Niat Membasuh Muka Membasuh Tangan Membasuh Kepala Membasuh Telinga Membasuh Kaki Tertib Hakekat Niat dalam Wudhu : ialah “tiada wujud pada diriku hanya Allah semata” Jadi Kita Mengisbatkan Hidup Kita, Ilmu Kita, Pandangan Kita, Penglihatan, Kuasa Kita, Kata-Kata Kita Semuanya Adalah Hak Allah Semata. (Ia Haiyun, Ia Alimun, Ia Sami’un, Ia Basirun, Ia Kadirun, Ia Maridun, Ia Mutakalimun Bil Hakki Illallah). Hakekat Membersihkan Muka dalam wuduk ialah : Membuang semua sifat : sombong angkuh, kemuliaan, kebesaran,yang ada pada diri manusia. Hakekat Membasuh Tangan dalam wuduk ialah : Membuang semua sifat-sifat aku berkuasa, aku orang kuat dan aku orang besar. Hakekat Membasuh Kepala dalam wuduk ialah : Membersihkan segala fikiran dari segala urusan dunia Hakekat Membasuh Telinga dalam wuduk ialah : Membersih segala pendengaran dari hal-hal yang tidak perlu Hakekat Membasuh Kaki dalam wuduk ialah : Kita harus membetulkan perjalanan kita